JANIN SYAITHOOOOON,,,,!!
“jangan bang…..!jangan….!” aku memohon kepada 3 orang lelaki yang berada didepanku
“Sini……!percuma kamu menjerit…nggak bakalan ada yang tau !”salah seorang dari mereka mulai maju mendekatiku.
“Jangan bang! jangan! saya mohon! Tolong…tolong…”aku mulai panic ketika salah seoranng dari mereka memegangiku. Salah seorang lagi mencoba merobek bajuku. Aku sempat berusaha meminta tolong juga sempat mencoba tuk berlari namun….semua itu sia-sia saja. Semua terlanjur terjadi. Rasa-rasanya memang tak mungkin aku bisa lari, 3-5 langkah, mereka sudah dapat memegangku kembali.apa daya seorang wanita melawan laki-laki.kini hanya ada suatu kebencian mendalam.sesuatu yang sangat menjijikan telah aku alami. Kini diriku hancur,ternodai, tak ada sesuatu lagi yang dapat kubanggakan dari diriku. Aku hanya dapat menangis disetiap hari-hariku.
Aku mencoba berfikir bagaimana aku dapat melewati hari-hariku nanti. Aku mulai bingung apa yang harus aku lakukan nanti. Aku bingung bagaimana aku harus menjelaskan pada orang tuaku, pada keluargaku, pada semua orang yang mengenalku.
“”Bu !aku mau nge-kos!”
“Nge-kos ?! kamu kan!! ya udahlah…”
Tetesan airmata jatuh membasahi pipiku. Aku bingung…apa yang harus aku lakukan. Kalo waktu demi waktu harus tetap berjalan mungkin, Tuhan telah mengutuk kelakuan-kelakuan yang sangat aku benci, sesuatu yang tak akan pernah aku lupakan. Setelah seminggu, aku pindah disebuah kos yang sederhana. Di tempat inilah aku harus berfikir matang-matang apa yang seharusnya aku putuskan. Keputusan yang menentukan jalan kehidupanku kelak.
“wuek…wuek… wuek…!”aku merasa tak enak badan
“Bi..kamu sakit ? kamu gak papa kan ?” Tias terlihat panic saat aku muntah
“Gak papa kok, mungkin cuma masuk angin “ jawabku pada Tias
Aku tahu bahwa aku tak dapat menyembunyikannya pada Tias “sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh pula”. Sebulan telah berlalu, aku merasa takut, tak bisa kubayangkan kalau semua orang yang kukenal mendengar kabar ini.”aku hamil!”. Tapi… yang sedang aku kandung ini hasil dari pemerkosaan. Aku melakukannya tidak atas dasar suka sama suka. Darah daging ini adalah darah daging antara syetan dan malaikat. Apa yang harus aku perbuat !?apa?
“Bi, aku tahu apa yang terjadi sama kamu ! kenapa kamu harus menyembunyikannya dariku??. Percuma Bi!!! percuma!” sentak aku kaget mendengar ucapan Tias. Tias sudah mengetahui apa yang terjadi padaku. Kuajak Tias duduk diatas kasur sembari minum teh. Dengan keadaan gemetar, aku menceritakan apa yang sudah terjadi padaku. Kejadian yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Menjerit, minta tolong, menangis…..aku takut. Takut…takut…
Kini hanya Tias yang mengetahui keadaanku. Dia mencoba mencari jalan keluarnya. Saat usia kandunganku 3 bulan, aku dan Tias memutuskan untuk mengaborsinya. Tentu saja aku setuju! Janin ini, ayahnya adalah para syetan penghuni neraka . Jadi tidak pantas untuk hidup.
Kami memasuki pondok kecil dipinggir Desa. Nama pemilik rumah itu adalah Mbah Sariem. Sudah terkenal dengan dukun aborsi, Tepat pukul 8 malam Mbah Sariem mulai bekerja. Rasanya memang sakit, namun rasa sakit ini akan hilang ketika janin ini sudah keluar dari rahimku. Tepat pukul 20.35, aku melihat janinku yang tak berkaki itu., aku memang sempat menangis . Tapi, tangisan itu berubah menjadi kegembiraan.
Tias menuntunku pulang menuju kos kami. Janinku kubungkus kresek dan tetap kugendong sampai di kos-kosan. “Tias, Bian, darimana kalian ? jam segini baru pulang, tau kan, ini jam berapa ?”Bu Tutik, ibu kos kami bertanya. Aku takut ! aku menoleh pada Tias agar ia dapat mencari alasan yang tepat.
“Tadi Bian sakit Bu, terus saya antar pulang kerumahnya, disana diperiksa dokter. Tapi, katanya Bian baik-baik aja” Tias memang pintar, hatiku lega rasa takutku hilang seketika.
“Kamu bawa apa Yan ?”kali ini aku yang harus menjawab sendiri.
“Obat” ”Nasi goreng”
Tias menjawab obat dan aku nasi goring ! tanganku merinding lalu bagaimana kalau Bu Tutik ingin melihatnya.”Obatnya Bian, sama nasi goreng buat makan Bian”Tias mengatakan yang tepat
“Ya sudah,sana masuk!”Bu Tutik menyuruh kami sambil pergi
“Aku merintih kesakitan. Janin yang kubawa tadi, kumasukkan kedalam toples lalu aku beri air pengeras. Agar aku dapat melihatnya setiap hari.”Bi… kalau caramu kayak gitu kita bisa ketahuan”Tias mencoba mengingatkannya padaku.
“Aku nggak tega. Dia anak, darah dagingku tapi dia terlahir dari darah syetan !”
“Bi….semuanya udah berlalu. Dan ini keputusanmu”
“Gimana aku dapat melihatnya kalau…aku inget, kangen…!”
“Bi….serain aja sama aku. Oke !”
Tias menaruh janinku depan Lab Biologi disitu tertulis pesan.”MAAF…..janin ini hasil pemerkosaan, saya mohon dapat dijadikan salah satu penghuni Lab Biologi”. Setelah beberapa jam Pak Budiman menemukannya tepat didekat pintu Lab. Dan kabar itu mengejutkan seisi penghuni kampus. Aku dan Tias hanya dapat ikut-ikutan saja. Kami berdoa agar tidak ada yang tau bahwa itu adalah perbuatan kami.
Pak Budiman menaruhnya ditengah-tengah toples ular dan kepiting di dalam Almari kecil. Banyak sekali dari mahasiswa yang ingin melihatnya. Aku, hanya dapat tersenyum tipis, namun didalam hatiku perbuatanku itu biadap, bagiku tak apa, aku yang harus menanggung dosaku sendiri. Namun.. entahlah hatiku tetap gundah.
Disela-sela kuliah, kusempatkan mampir di Lab Biologi. Aku memandanginya setiap saat. Tersirat kebahagiaan kecil saat aku dapat melihatnya.
Janinku… Darah Dagingku… Anakku… Maafkanlah aku…!!